rss

16 Agustus 2008

Seuntai Kata Untuk Bidadari Cinta



“Dia itu sesosok perempuan yang baik, manis tapi disisi lain dia juga sosok wanita yang anggun. Sepintas dia terlihat mempesona yang kemudian akan memikat hati. Dia gadis impian semua pangeran.” Kata-kata itu terlontar dalam benakku ketika pertama kali aku melihatmu.

Ketika waktu terus berlalu ku coba untuk mendekatimu karena hati ini mungkin sudah terkena jeratan jaring asmara yang kau lempar lebar. Semangat hidupku mulai lahir kembali seketika aku mengenal dirimu. Semakin hari aku mulai memantapkan apa yang ada di dalam perasaanku, akhirnya dengan perasaan ragu tapi pasti ku coba mengetik kata demi kata pipet hapeku yang kemudian aku  kirimkan kenomor yang aku dapatkan dari teman. 



Begitu senang dan bahagianya ketika satu pesan masuk dan ternyata itu balasan darimu. Kata-kata dalam smsmu selalu terngiang dalam pikiran. Walau sms sudah lama terhapus dari inbox hapeku aku masih ingat jelas kata-kata darimu.
“Mas, kok gak bisa?apa kodenya salah? Oh ya,mas kok tahu nomorku dari mana?” kata-katamu itu mengawali langkahku. Setapak demi tapak dengan berat ku ayunkan kaki dengan harapan aku bisa mengenalmu lebih dekat. Entah ini sebuah perasaan yang muncul dari hati atau hanya sebuah obsesi aku juga tak tau pasti, yang aku tau aku ingin dekat denganmu.
Setiap kata-katamu mengantarkanku untuk melukiskan bayangmu ketika menjelang tidurku. Ketika sudah jam dua belas malam lewat masih kudengar tawamu yang renyah meski itu hanya lewat telepon. Tawamu menjadi satu hal yang bisa membuatku senang, yang lama sekali dalam hidup ini tak lagi ada satu hal pun yang bisa membuatku senang. Hari ini aku dapati. Sambil berjalan sendiri menyusuri malam yang sepi dengan telepon masih melekat di pipi sambil berbicara sendiri membuatku terlihat seperti pejabat yang berencana korupsi. Atau malah terlihat seperti orang gila yang berjalan tak tahu arah. Tentram hatiku ketika melihatmu bisa tertawa lepas dengan canda-canda dan tawa.
“Apabila hal itu bisa terjadi, pasti ada satu alasan yang logis ! Takdir…., nah makanya ada juga yang namanya Takdir Keliling…!!” celoteh itu aku lontarkan untuk menanggapi plesetan-plesetan lucu yang yang kerap kali kamu ucapkan.
Akhirnya aku gak tahu apa yang aku rasakan, entah setan mana yang merasukiku sampai seketika itu jempol jariku bergerak sendiri yang menuliskan kata-kata yang akhirnya merubah sikapmu padaku.
“Aku suka sama kamu, aku cinta kamu!”
Mungkin karena kata-kata itu semuanya jadi berubah. Apa karena aku terlalu terburu-buru atau karena hati kecilku yang berkata bahwa aku nggak pengen memilikimu. Egoisnya aku. Dan aku tidak tersadar bahwa dengan mengucapkan kata itu berarti aku harus siap kehilanganmu. Dan kata itu juga yang membuatmu merasa tidak nyaman lagi.
Apalagi semakin menyebarnya gosip tentang kita berdua yang dibilangin enggak-enggak di luar sana. Aku nggak tau kenapa mereka bisa berkata-kata seperti itu padahal kita saja jarang terlihat bareng. Kenapa mereka begitu mudahnya mengeluarkan gosip-gosip seperti itu. Apakah mereka digaji atau mendapat pahala yang besar dengan mengeluarkan gosip-gosip. Yang aku sadari, aku hidup dengan orang banyak dengan pemikiran dan pandangan yang berbeda. Jadi aku membiarkan saja dan aku tetap mengalir.
Hatiku sedikit turun ketika waktu itu kamu nyatakan kalau kamu tidak bisa menerimaku. Dan saat itu aku baru sadar satu hal yang tidak pernah terpikirkan dari awal aku memulai niatku. Memang perkataan-perkataan yang orang-orang lontarkan itu merubah sikapku, aku menjadi bukan diriku.
Gosip semakin menjadi ketika ada beberapa teman yang memergoki kita lagi pulang bareng. Dalam keadaan bis yang sesak aku masih berdiri mengayun kekanan dan kekiri karena goyangan bis yang seakan sedang berenang diatas arus ombak yang menerpa kapal. Sambil memandangi dirimu yang sibuk sendiri aku tetap melaju. Akhirnya sampai di terminal kita bisa mendapati bis yang kosong jadi kita bisa duduk.
Aku tau saat itu kamu pasti kecapekan sekali yang kulihat kamu sangat mengantuk dan kuniarkan dirimu tidur bersandar di pundakku yang keras karena hanya ada tulang yang dilapisi sedikit kulit. Sampai saatnya kamu terbangun akhirnya kita bisa ngobrol, becanda. Alangkah senangnya aku bisa melihat tertawa kembali seperti kemarin. Hingga akhirnya aku mengulangi sekali lagi apa yang aku katakan kemarin yang mungkin membuatmu ilfil sama aku.
“Aku akan menunggumu sampai kamu mau membuka hatimu.”
Seketika itu kau balas.
“sesungguhnya ku ingin dirimu tuk cairkan hatiku yang beku, tapi aku belum siap aku jadi dilema.” Kau ambil dari potongan lirik lagu Dilemanya Intan Nuraini.
Dan ku balas, lagu dari Once.
“Kau boleh acuhkan diriku, dan anggap ku tak ada. Tapi takkan merubah perasaanku Kepadamu.  Kuyakin pasti suatu saat. Semua kan terjadi, Kau kan mencintaiku. Dan tak akan pernah melepasku….”

Dua hari kemudian dengan perjalanan yang sengit karena jalan yang remuk dan terjal seperti kurang aspal dengan besarnya batu yang menggumpal akhirnya aku kembali kesini. Disini sambil mengisi sepi kuayunkan jari digitar dan walaupun jelek ketulskan lagu ni untukmu.

Bidadari Cinta

Intro : D A Bm F#m G A D 2x

*D                            A
 Matamu indah bagaikan mutiara
 C                      G
 Kau bidadari dari surga

 D                            A
 Senyummu manja sejuta pesona
 C                      G
 Kau bidadari dari surga

   A             F#m               D
**Kau buat sejuta indah jiwa
   A             F#m               D
   Kau cipta semesta sejuk jiwa
   A             F#m               A
   Kau bawa aku bahagia oo…

Reff : D        A          Bm     F#m          G                A           D
          Bidadari cintaku datanglah bersama senyum manismu
          D        A          Bm     F#m          G                A           D
          Duhai pujaan hatiku hadir dan hiasi indah hidupku
          D        A          Bm     F#m          G                A           D
          Bidadari cintaku datanglah bersama senyum manismu
          D        A          Bm     F#m          G                A           D
          Duhai pujaan hatiku hadir dan hiasi indah hidupku

Kembali ke: *
                    **
                    Reff
 Int: D A Bm F#m G A D 2x

D        A          Bm     F#m      G        A         D
Bidadari pujaanku aku jatuh cinta pada dirimu……..,

Saat itu mungkin aku belum menyadari arti cinta, ternyata aku telah memaksamu. Memaksakan perasaan cinta. Yang aku tau aku hanya ingin berjuang untuk membuka pintu hatimu. Atau mungkin di pandangan orang ini seperti serangan agresi militer belanda ke indonesia pada jaman penjajahan dulu. Sama sekali dalam benakku ini tidak ada niat untuk memakasamu, walau mungkin sebenarnya memaksa.
“Aku hanya ingin menunggu!” itu kata-kata dariku yang mungkin menjadi beban dalam hatimu. Tak heran kalau akhirnya kamu menjadi benci sama aku. Kesalahanku mungkin karena aku yang terlal mencintaimu, terlalu memujamu sehingga aku tidak mempedulikan apa yang kamu rasakan. Yang aku rasakan saat itu, aku merasa kesepian dengan keluargaku juga yang tidak mempedulikanku dengan yang tak pernah bisa kupercaya. Yang kupikirkan saat itu hanya kamu.
Aku salah, seharusnya aku sadar dan tidak mengambil persepsi seperti itu. Saat itu adik-adikku yang akhirnya datang menceramahiku, adik kelas yang peduli sama aku. Mereka memarahiku yang sedang dilanda frustasi. Saat itu aku baru tersadar bahwa didunia ini tidak seharusnya hanya kamu yang aku pikirkan. Aku masih punya keluarga dan teman-temanku yang selalu mempedulikanku.
“Mas, kalau kamu punya cewek kamu jadikan yang nomor berapa?”
Aku bingung menjawabnya. Sembari dia menjawabnya sendiri.
“Kalau aku yang ditanya seperti itu mas aku akan menjawab kalau dia itu ada di nomor empat. Yang pertama Allah, yang kedua keluarga, yang ketiga adalah sahabat dan yang keempat baru pacar ataupun orang spesial yang kita cintai.”
 Yang satu menambahkan.
“When you are in big problems don’t ever say : Allah I have a big problem ! But say : Hi problem I have a big Allah! And everything will be alright.”
Dua kata itu mungkin satu hal yang sepele yang sering diucapkan banyak orang. Tapi bagiku itu seperti pedang yang menusuk tepat di jantungku, yang menyadarkanku bahwa aku telah lalai. Semua yang aku lakukan terlampau berlebihan.
Dengan ketulusan hati dan kebaikanmu akhirnya kamu mau memaafkan kesalahanku yang mungkin sudah tidak sedikit aku menyakiti hatimu. Ketika itu hari minggu dengan sedikit terpaksa akhirnya kamu mau datang kesini. Kamu yang mengeluh sedih karena dicuekin dua sahabat kamu. Aku senantiasa mencoba untuk menenangkanmu, menghiburmu agar aku bisa kembali melihat senyum dan tawamu yang akhir-akhir ini jarang ku jumpai. Sebenarnya apa yang kamu rasain juga aku sudah merasakannya dan sepertinya aku juga mengetahui penyebabnya.
Akhirnya aku hanya bisa memberi saran agar kamu bisa lebih terbuka sama mereka. Memang kamu orangnya tipe yang tertutup, sama sepertiku. Mungkin itu yang membuat mereka merasa kurang dianggap. Mereka sahabat-sahabat kamu tapi mereka gak tau kamu. Aku hanya bisa menyarankan kamu untuk bisa lebih terbuka sama mereka.
“Kalau misalnya tidak ada yang pengen kamu ceritakan kamu bisa cerita tentang masalahmu sama aku. Ceritakan saja apa yang kamu rasakan saat ini. Semoga saja dengan ini mereka bisa kembali seperti dulu lagi.”
Yang masih membayangi angan-anganku, yang menjadi pikiranku ketika balasan sms darimu masuk.
“Mas, aku memang masih ragu. Tapi bukan meragukan cintamu padaku! Tapi aku nggak yakin dengan perjalanan cintaku yang tanpa ujung. Aku juga manusia yang butuh cinta, tapi aku nggak tau apa ini perasaan cinta atau hanya simpati.”
Walaupun sms itu sudah lama kali kamu hapus tapi kata-kata itu masih saja terngiang di telingaku seperti suara nyamuk yang mengganggu tidurku. Dari kata itu ada dua hal yang menjadi pilihanku. Yang pertama, itu menjadi semangatku karena aku merasa mempunyai harapan. Tapi kesalahanku adalah ketika aku meminta harapan padamu yang seharusnya tidak perlu aku lontarkan kata-kata yang akhirnya membebanimu. Yang kedua, harusnya aku membiarkan mengalir apa adanya hingga rasa yang ada dihati kamu itu menjadi matang. Namun pemikiran negatifku juga bicara, mungkin saja kata-kata itu keluar hanya untuk meredam niatku yang ingin memaksamu.
Hingga akhirnya malam itu kuajak kamu untuk jalan-jalan menikmati malam. Cuaca yang sangat mendukung dengan cahaya terang rembulan yang dihiasi kerlap-kerlip bintang yang seakan mengedipkan matanya kepadaku memberi tanda kalau malam iu dia mendukungku. Melewati jalan tanjakan naik-turun aku tetap melaju. Terkadang gentian kamu yang ada di depan. Belokan taman kuhentikan motor kuajak kamu untuk duduk bersandar sambil memandangi lampu kota yang kerlipnya hampir menyerupai bintang malam itu. Saat itu pertama kalinya aku merasakan bahagia selama dua tahun ini yang tak kurasakan lagi. Ingin sekali aku berdoa agar malam itu jangan cepat-cepat berlalu.
Untuk kesekian kalinya aku melakukan kesalahan lagi. Malam itu tiba-tiba saja aku mengungkit masalah yang kemarin, dan aku memaksamu. Aku benar-benar mengacaukan malam itu. Aku hancur karena kecerobohanku sendiri. Malam itu mungkin puncak kemarahanmu padaku. Pasti malam itu kadar benci dan sebel yang ada dalam diri kamu kian menebal hingga menutupi pandanganmu sampai-sampai tidak menghiraukan dan mempedulikan apa yang segala yang aku ucapkan. Aku memang seorang lelaki yang bodoh, aku sama sekali nggak bisa bersikap halus dengan seorang cewek, aku nggak bisa membaca setiap tanda-tanda yang diberikan cewek, aku nggak bisa memahami. Selama ini memang tidak ada seorangpun yang mengajariku tentang apa itu cinta, aku nggak bisa bermain cinta.
Hari ke hari kamu masih saja mendiamkanku, bahkan telpon dariku kamu kasihkan sama temen cowok kamu untuk menjawabnya. Tidak satupun sms yang aku kirim kamu balas. Entah nggak ada pulsa atau memang nggak ada nafsu untuk membalasnya. Malam hari aku telepon dan aku minta maaf untuk kesekian kalinya.
Beberapa hari kemudian suasana tampak mereda, tapi kamu masih diam. Walaupun gossip sudah mulai punah musnah tapi kamu tetap saja mendiamkanku. Karena kegelisahan hatiku yang tak terbendung, malam itu jam setengah dua belas malam aku menelponmu.  Dan seperti yang kuduga akhirnya kita kembali berantem. Aku berusaha menjelaskan apapun, tapi sayangnya kamu sudah terlanjur nggak percaya lagi padaku dan nggak mau lagi percaya. Mungkin semua memang salahku yang tak bisa memahamimu. Tapi aku bertanya-tanya kenapa setiap yang aku katakan, yang aku tawarkan pasrti kamu artikan bahwa aku memaksaku. Apa mungkin kata-kata itu muncul karena sama sekali sudah menghilang rasa simpatimu.
Kamu memintaku kita supaya menjadi temen biasa, benar-benar biasa. Bahkan aku yang meminta posisi sebelum kita ada masalah kamu nggak mau.  Aku tidak bisa berkata apa-apa. Suasana menjadi hening tanpa kata yang terucap dariku maupun darimu. Saat itu kamu juga terdiam, aku tidak tau apa yang kamu lakukan saat itu.
Aku gagal.
Aku hancur.
Aku kejam.
Aku……..
Saat itu benar-benar hancur. Akhirnya dengan berat hati kucoba untuk mengikhlaskan perasaanku. Bahwa kamu memang bukan takdirku.
Kalau itu memang yang kamu inginkan dan bisa membuatmu bahagia, aku tidak akan memaksa. Tapi tolong dengarkan sedikit kata-kata dariku ini.
Aku akan pergi, aku akan melepasmu, meninggalkanmu tapi aku tidak ingin meninggalkan luka di hatimu. Jadi tolong maafin aku. Aku yang sering membuakmu marah, aku yang pernah memaksamu, aku yang sering membebanimu, aku yang kerap kali membuatmu menangis. Maafkan aku. Untuk terakhir kalinya aku pengen bilang kalau aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu.
Aku mencintaimu tapi aku tidak tau cara mencintaimu.
Kamu telah mengajarkan banyak hal, kamu telah memberikan arti.
Selamat tinggal Bidadari Cinta……

Aku tidak akan perbah melupakan senyummu !

Sekarang kamu sudah boleh menghapus memoriku, dan apapun tentang diriku. Diriku yang telah menyakitimu. Maafkan aku.
Kalau diijinkan hidup sekali lagi ingin sekali aku bisa hidup bersamamu dan memahamimu.
Ini bukan puisi, bukan syair , bukan prosa. Ini hanyalah sedikit perasaanku yang mengalir.


NB:
Jika kita mencintai seseorang hendaknya jangan terlalu meninggikan di atas segalanya. Karena semakin kamu mencintainya, maka akan semakin sakit pula jika suatu saat tersakiti.

0 komentar:


Posting Komentar

Blog Portofolione [◣_◢] Yoni Ahmad |

[◣_◢] WELCOME |

    PERUBAHAN ITU PERLU

    Email : blog@yoniahmad.co.cc

ARSIP BLOG

    www.yoniahmad.co.cc

Menu Utama

LOGIN | SEARCH

DOWNLOAD EBOOK

IMAGE RESOURCES

MY BLOG

 

Your Links

www.yoniahmad.co.cc
go to my homepage
..:: Klik gambar mlebet blog ::..
Copyright@sastra-jawa007